Minggu, 29 Januari 2012

Spiderman Nyalon

Peter Parker kegirangan. Nomer togel yang ia pasang tembus. Gak tanggung-tanggung, 4 angka sekaligus. Dalam perjalanan ke tempat bandar untuk mengambil uang, ia terus berpikir mau dipakai untuk apa uang tersebut nantinya. Yang jelas, berhubung selama ini hidupnya serba pas-pas-an, kemungkinan besar ia akan menggunakannya untuk membuka usaha.
Setelah memutar otak, akhirnya Peter memutuskan, ia akan membuka usaha salon! Ya, salon potong rambut. Kebetulan saat ini sudah mendekati musim panas. Pasti banyak orang yang akan potong rambut agar tidak gerah, pikirnya.
Begitulah.
Tidak sampai seminggu salon yang diimpikan telah usai dibangun. Maklum, ia minta bantuan kepada Flash yang bisa bergerak secepat kilat itu. Salon itu ia beri nama “Salon SiLabi”, singkatan dari “Si Laba-laba Imut”.
Selain mempersiapkan peralatan-peralatan salon, Peter turut ‘menyesuaikan’ penampilannya. Karena ia tahu salon tersebut baru akan laku apabila Spiderman sendiri yang menjadi tukang potongnya, ia pun mengenakan kustom merah birunya. Ia juga membuat wig rambut panjang dari jaring laba-labanya, menatanya dengan tren 2010, dan mengenakannya. Gak lucu dong kalau ada tukang potong yang gundul.
Begitulah.
Salon SiLabi ternyata laku keras. Branding Spiderman ditambah dengan momen pembukaan serta lokasi salon yang tepat terbukti sebagai adonan kesuksesan yang tepat. Tidak kurang 100 pengunjung tiap harinya harus Peter layani. Dari yang sekedar ingin keramas, creambath, mengeriting rambut, potong botak, shaggy, hingga memanjangkan rambut (emang bisa?). Yang jelas, hampir setiap hari salonnya penuh sesak dengan pelanggan yang antri.
Suatu hari, Bruce Wayne lewat di depan salon Silabi. Tertarik dengan kelarisan salon Spidey, otak bisnis Bruce mulai bekerja. Ia segera menghubungi Alfred untuk mengurus pembangunan salon potong rambut yang baru, dengan peralatan yang lebih canggih dan lokasi tepat di seberang salon milik Peter. Salon tersebut ia beri nama salon “Sikeli”. Singkatannya? Tentu saja, “Si Kelelawar Imut”.
Untuk memberi nilai tambah pada salonnya, agar dapat membajak pelanggan-pelanggan Silabi, Bruce tidak hanya mengenakan kostum Batman-nya. Ia juga memanfaatkan kepandaiannya untuk menciptakan robot pemotong rambut otomatis! Dengan robot ini, orang tinggal duduk manis di kursi, tekan tombol pilihan potongan rambut yang diinginkan, dan dalam 5 menit, langsung beres. Praktis kan? Supaya keren, Bruce memberi nama robotnya “RPRSKDSC v1.14254″.
Untuk mempromosikan salon barunya, Bruce memasang papan iklan yang cukup besar. Tertulis, “Salon Sikeli – Potong Rambut Kilat, Gak Pake Antri”
Begitulah.
Tidak lama, pelanggan salon Silabi sedikit demi sedikit berpindah ke salon Sikeli. Dan memang, kecanggihan robot tersebut terbukti. Siapa saja, potongan apa saja, diselesaikan dalam waktu 5 menit. Benar-benar gak pake antri. Si Batman pun gak perlu repot-repot melayani pelanggan. Ia cuma duduk di belakang kasir sambil ngitung penghasilan.
Selang beberapa hari, otak bisnis Bruce kembali berputar. Kalau buka 1/2 hari aja keuntungannya sebesar ini, bagaimana jika buka 24-jam non-stop yah?
Begitulah.
Salon Sikeli kemudian dibuka 24 jam. Non-stop. Pengunjung pun terus mengalir, siang malam. Demikian pula kantong Batman, semakin lama semakin tebal.
Tanpa disadari, karena diforsir untuk bekerja tanpa beristirahat, robot RPRSKDSC mulai berulah. Bagian dalamnya kepanasan dan menyebabkan ada 1 sirkuit yang putus. Akibatnya, hasil pemotongan rambut menjadi kacau. Ada yang minta dikeriting malah jadi gundul, ada yang minta di-shaggy malah dikasih konde, ada yang minta creambath malah dikitik-kitik, hehehe. Bruce sendiri yang terlalu sibuk dengan mesin kasirnya sama sekali tidak memperhatikan keadaan itu.
Berbeda dengan Peter. Sejak salonnya sepi, ia jadi banyak bengong di trotoar. Melihat akhir-akhir ini banyak orang yang keluar dari salon saingannya sambil ngedumel, ia pun curiga bahwa ada yang tidak beres di sana. Dengan memanfaatkan pendengaran supernya, ia menguping omelan mereka dan mengetahui masalah yang terjadi di salon Sikeli.
Setelah berpikir sejenak, Peter masuk ke dalam salon. Sejenak kemudian ia keluar sambil membawa papan iklan bertuliskan, “Salon Silabi – Merapikan Potongan Rambut Yang Kacau”. Papan tersebut ia letakkan di dekat salon Sikeli. Tidak lupa ia gambarkan arah panah yang menuju ke salonnya.
Cara ini ternyata tokcer. Pelanggan salon Sikeli yang kecewa dengan layanan robot si Batman, begitu melihat papan iklan tersebut, langsung berjalan menuju salon Silabi. Sedikit demi sedikit, pengunjung salon Sikeli berkurang, dan sebaliknya, salon Silabi kembali laris.

Batman Dan Mbah Gendeng

“Huh, siyal, masa’ bocor lagi sih”, ujar Batman gemas sambil menendang pintu BatMobile-nya perlahan. Meskipun kesal, ia masih cukup sadar untuk tidak melampiaskannya kepada kendaraan tercintanya, yang cicilannya belum lunas itu. Dengan susah payah, ia mendorong mobilnya ke pinggir, ke sebuah tambal ban yang kebetulan berada tidak jauh dari situ.
Mbah Gendeng – Nambal Ban Sejak 1911
Begitu tulisan yang tertera di atas “bengkel” kecil yang didirikan seadanya di bawah sebuah pohon beringin besar.
“Bannya bocor ya, nak?”, tanya seorang kakek tua yang tiba-tiba muncul dari balik pohon.
“Iya, mbah”, jawab Batman lesu, “sudah kedua kalinya nih. Padahal baru sekitar 5km lalu bocor dan ditambal.”
“Hmmm…”, mbah Gendeng mengangguk-anggukan kepalanya dan mulai mempersiapkan peralatannya. Bak air sabun untuk memeriksa bagian ban yang bocor, dongkrak, pompa angin, dan sebagainya. “Silahkan duduk dulu aja di kursi kayu itu, nak. Biar mbah kerjakan dulu bannya.”

45 menit berlalu, Batman mulai gak sabar. Maklum, ia lagi semangat-semangatnya untuk bangkit kembali dari keterpurukannya dan ingin segera sampai ke WTC untuk membuka gerai HP. Ditambah lagi, seekor kura-kura berseragam “Bukan Express” yang tadi disalipnya kini sudah berjalan melewati tempat ia duduk. “Masa’ Batman kalah cepet ama kura-kura”, pikir Batman dalam hati. Penasaran, ia mendekati Mbah Gendeng dan mengintip kerjanya.
“Pantesan aja lama!”, sergah Batman kasar. “Lha wong kerjanya lambat banget gini! Apa gak bisa lebih cepet lagi, mbah?!”
Mbah Gendeng meletakkan ban dalam BatMobile yang sedang ia pegang dan menoleh ke arah Batman. Tatapannya yang tajam membuat Batman secara tidak sadar mundur selangkah ke belakang. Tanpa disangka, dengan tidak kalah kerasnya, Mbah Gendeng balik bertanya, “Memangnya kamu pikir pekerjaan ini tidak penting sehingga harus dikerjakan dengan terburu-buru?”
“Memang begitu, kan? Cuman nambal ban ini, apa pentingnya? Jauh lebih penting pekerjaanku yang ke sana kemari buat nyelamatin dunia dari orang jahat! Mbah tahu kan kalo aku ini Batman?!”
“Iye, terus so what gitu loh, mau situ Superman kek, Batman kek, Barack Obama kek, SBY kek, tetep aja, jangan pernah ngeremehin pekerjaan saya!”
Batman sudah akan membuka mulutnya lagi untuk menjawab, namun kakek tua itu tidak mau kalah cepat dan melanjutkan kata-katanya.
“Dengarkan baik-baik, anak muda. Coba pikir. Seandainya tadi kamu dalam perjalanan untuk menyelamatkan ribuan orang dan banmu bocor, apa bukan berarti yang saya kerjakan ini tidak sama pentingnya dengan pekerjaanmu? Dengan memperbaiki ban bocormu dengan baik dan teliti, secara tidak langsung saya suda membantu kamu menyelamatkan mereka — ribuan orang itu.”
“Tidak usah muluk-muluk. Setiap ban bocor yang saya perbaiki pasti berhasil membawa pengemudinya tiba dengan selamat sampai di rumah. Coba bayangkan apabila saya melakukannya dengan asal-asalan. Bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bukan?”
“Lihat ban dalammu ini”, Mbah Gendeng menyodorkan dua buah ban dalam BatMobile yang sedang ia kerjakan. “Perhatikan ini, bekas tambalan yang dilakukan oleh penambal ban sebelumnya. Kasar dan kurang kuat rekatannya. Itu sebabnya tadi ban mobilmu bocor lagi. Masih untung tidak terjadi apa-apa. Dan ini, yang ada di kanan, adalah hasil tambalan ban yang aku lakukan. Bandingkan!”
Batman tercenung. Ia memperhatikan ban dalam pada bagian yang ditunjukkan oleh Mbah Gendeng dan ternyata memang benar, pekerjaannya kurang baik. Bahkan jauh dibandingkan hasil pekerjaan Mbah Gendeng. Padahal tadi ia cukup senang dan memberi tips lebih kepada penambal ban sebelumnya karena kerjanya hanya butuh waktu 5 menit saja.
Dengan menunduk, Batman mohon maaf kepada Mbah Gendeng dan beringsut kembali ke kursi kayu untuk menunggu. Di satu sisi, ia malu terhadap apa yang telah ia lakukan, namun di sisi lain, ia gembira karena mendapat pelajaran baru tentang hidup dan juga tentang bisnis.
“Aku pasti tidak akan kalah oleh Peter Parker”, ujar Batman dalam hati sembari tersenyum.

Kisah Pribadi William


Sejak masyarakat dunia menonton pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton di Westminster Abey, London, kini pasangan baru kerajaan Inggris ini tampil kembali ke hadapan masyarakat.

Seperti dilansir dari Daily Mail, Rabu (1/6/2011), Duke dan Duchess of Cambridge ini tampil dalam sampul depan majalah Vanity Fair. Kabarnya gambar yang akan dipakai untuk sampul majalah khusus fashion dan gaya hidup ini akan memakai foto yang sebelumnya belum pernah dipublikasikan oleh fotografer kerajaan, Mario Testino.

Foto tersebut diambil oleh Testino saat pengumuman pertunangan pasangan ini di bulan November 2010. William dan Kate memutuskan menjadi model sampul terhitung 14 tahun semenjak mendiang Putri Diana meninggal.

Rencananya foto pasangan baru ini akan tampil di majalah Vanity edisi Juli 2011. Majalah ini akan beredar di Los Angeles dan New York pada 2 Juni 2011. Pasangan ini juga akan melakukan perjalanan dari Kanada menuju California pada Juli mendatang.

Namun tak hanya itu, penulis Katie Nicholl dari pihak majalah juga akan mengisi beberapa halaman di dalam majalah yang mengungkapkan kisah pasangan ini menuju pernikahan bahkan cerita-cerita pribadi secara terinci di mana tak pernah diketahui media.

Perihal Sebuah Emas

Emas, siapa yang tidak tahu. Sebuah logam murni yang sangat disukai oleh banyak orang, terutama oleh kaum hawa. Mengapa tidak, selain nilai jualnya yang cukup tinggi, emas sangat cocok dibuat sebagai perhiasan dan oleh kebanyakan masyarakat digunakan sebagai alat pengukuran derajat sosial seseorang.
Namun, dibalik itu semua ada hal menarik yang dapat kita pelajari dari emas, yakni emas tidak pernah luntur atau berkarat sekalipun dia berada di lumpur atau sampah terburukpun. Kenyataan seperti ini dapat kita ibaratkan ketika kita menempuh pendidikan di sebuah sekolah.

Aku ingat, ketika aku baru lulus SMA, aku sangat kecewa sekali, karena apa yang kudapatkan sangat jauh sekali dengan apa yang kuharapkan. Ketika SMA, aku membayangkan aku dapat kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di kotaku dengan jalur PMDK (tanpa tes), tapi semuanya itu meleset dikarenakan biaya kuliah yang sangat tinggi untuk program PMDK. Sehingga apa bisa dikata, kuurungkan niatku untuk masuk perguruan tinggi tersebut, meski pada waktu itu aku benar-benar diterima dengan jalur PMDK. Tetapi, tidak lama kemudian, ada seseorang menawariku untuk kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta. Dia juga bilang kepadaku bahwa biaya perguruan tinggi tersebut sangat terjangkau dan dapat diangsur. Mendengar penjelasan tersebut, kemudian aku kembali bersemangat untuk melanjutkan pendidikan. Aku  pergi mendaftar di perguruan tinggi tersebut, ketika kuliah bangunan fisik dan sarana prasarananya, alangkah terkejutnya aku, karena sangat minim akan fasilitas. Namun, karena tidak ada pilihan lagi dan aku harus melanjutkan pendidikan untuk masa depanku kelak, maka akupun tetap mendaftar dan menjadi mahasiswa di kampus tersebut.
Hari demi hari aku jalani proses pembelajaran di kampus tersebut dengan hati yang kecewa. Namun, aku tetap serius mengikuti semua proses perkuliahan. Untuk meluapkan kekecewaanku, kadang-kadang akupun mendebat dosenku ketika sedang perkuliahan atau melontarkan kritik-kritik yang cukup menyinggung bagi kampus. Hingga pada suatu hari seorang dosen memanggilku. Dia menasehatiku akan suatu hal, dan salah satu nasehat yang masih kuingat dan membuatku terharu adalah ” meskipun sekarang kamu tidak mendapatkan seperti apa  yang kamu harapkan kamu tetap bisa menjadi seperti mereka-mereka semuanya. Karena yang namanya emas, meskipun berada di tempat apapun tetaplah emas dan tidak akan berubah menjadi perak ataupun perunggu. Dan satu lagi, yang namanya belajar tidak selalu dengan sesuatu yang mewah atau yang bersifat prestisius, tetapi bagaimana kita menjalani segala sesuatu secara maksimal dan penuh percaya diri”. Setelah mendengar itu semua, kemudian aku menyadari betapa dangkalnya pemahamanku mengenai belajar. Kini aku sadar, yang namanya belajar itu adalah berasal dari dorongan hati dan harapan yang dalam dan diwujudkan dengan usaha yang pantang menyerah untuk mencapai hasil yang maksimal.  Sedangkan hasil yang maksimal itu sendiri adalah hasil yang kita peroleh setelah kita melakukan kemampuan terbaik kita.
Teman-temanku yang luar biasa, alhamdulillah kini aku mengajar di sebuah sekolah yang bagus di daerahku dan kepala sekolahnya memberikanku amanah untuk menjadi pembina kompetisi-kompetisi seperti olimpiade. Sungguh, bagi saya ini adalah sebuah pencapaian yang sangat indah dan memberikanku pelajaran yang cukup berharga. Ternyata sesuatu yang secara kasat mata terlihat tidak bagus, tidak layak, ataupun tidak pantas belum tentu menjadikan kita pribadi yang tidak pantas pula. SEMANGAT!!!!!

Lyric After School by Weekly

  Ttiring' Itta geogiseo boneun geo matji? Sigan jal matchwo neujeumyeon banchik Sigyeman jakku boneun geol Nan imi gyobok chima daesin...